AWAL
BERDIRINYA KERAJAAN CIREBON
PADA
MASA INDONESIA MADYA
1.
Awal
Berdirinya Kerajaan Cirebon
Letak Kerajaan Cirebon Semula Cirebon
termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah
satu kota pelabuhan kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia ,
2010 : 59 ). Pelabuhan ini sudah ramai dari perahu pedagang-pedagang luar
negeri. Pedagang-pedagang itu antara lain dari arab, persi, malaka, cina, dll.
Letak Kerajaan Cirebon secara geografis di pesisir pantai pulau Jawa, merupakan
mata rantai dalam jalan perdagangan internasional pada waktu itu yang antara
lain membentang dari kepulauan Maluku hingga teluk Parsi (jagad pustaka :
2013). Pedagang yang datang dari berbagai pulau bahkan berbagai Negara. Tidak
heran heran jika pada wilayah ini menjadi jalur perdagangan yang ramai. Melalui
jalan perdagangan dapat mengalir pula arus kebudayaan dan keagamaan, dan konon
menurut cerita orang jalan perdagangan itupun memegang peranan penting dalam
proses penyebaran agama Islam di pulau Jawa (jagad pustaka : 2013). Karena
banyak pedagang yang datang, salah satunya dari Arab. Pedagang- pedagang dari
Arab itu selain datang untuk berdagang, mereka juga menyebarkan Agama Islam.
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Cirebon
Pada tahun 1302 cirebon mempunyai 3 daerah otonom di bawah kekuasaan kerajaan
Pajajaran yang masing-masing di kuasai oleh seorang Mangkubumi (Sulendraningrat
, 1978 : 16). Daerah otonom itu adalah Singapura atau Mertasinga yang dikepalai
oleh Mangkubumi Singapura. Daerah Pesambangan yang dikepalai oleh Ki Ageng
Jumajan Jati. Dan Daerah Japura yang dikepalai oleh Ki Ageng Japura. Ketiga
daerah otonom tersebut masing-masing mengirimkan upeti setiap tahunnya kepada
kerajaan Pajajaran (Sulendraningrat , 1978 : 16). Semula Cirebon termasuk dalam
daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu kota pelabuhan
kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ).
Sekitar tahun 1513 cirebon ini tidak lagi dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran,
namun sudah di beritakan masuk ke dalam daerah jawa di bawah kekuasaan Kerajaan
Demak. Saat itu Cirebon di kuasai oleh Lebe Usa Syarif Hidayatullah atau yang
sering di kenal dengan Sunan Gunung Jati telah datang di Cirebon pada tahun
1470. Syarif Hidayatullah datang untuk mengajarka agama Islam. Syarif
Hidayatullah mengajarkan agama Islam di Gunung Sembung. Syarif Hidayatullah
adalah putra dari wanita asal Galuh, Caruban. Wanita tersebut adalah NhayLara
Santang yaitu adik dari Pangeran Cakrabuana pemimpin Cirebon.
Syarih Hidayatullah Mengajarkan agama
islam ditemanni dengan uaknya Haji Abdullah Iman dan pangeran Cakrabumi atau
pangeran Cakrabuana. Haji Abdullah Iman dan Pangeran Cakrabuana sudah lebih
dahulu berada atau tinggal di Cirebon. Syarif Hidayatullah menikah dengan
Pakung Wati. Pakung Wati adalah putri dari Uaknya. Syarif Hidayatullah
menggantikan mertuanya sebagai penguasa Cirebon pada tahun 1479. Setelah
menikah dan menjadi penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah membangun atau
mendirikan sebuah kraton. Karaton itu diberi nama Kraton Pakung Wati. Kraton
Pakung Wati terletak disebalah timur Kraton Sultan Kesepuluhan sekarang ini.
Syarif Hidayatullah ini terkenak dengan Gelar Gusuhunan Jati atau sering
dikenal dengan Sunan Gunungjati. Syarif Hidayatullah menjadi saleh seorang dari
Wali Sanga. Syarif Hidayatullah mendapat Julukan Pandita Ratu sejak ia
berfungsi sebagai penyebar Agama Islam di tanah Sunda dan Sebagai Kepala
Pemerintahan (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Semenjak
Syarif Hidayatullah menjadi penguasa di Cirebon, Cirebon menghentikan upeti ke
pusat Kerajaan Pajajaran di pangkuan. Sejak saat itulah Cirebon menjadi
Kerajaan yang dikepalai oleh Syarif Hidayatullah.
2.
Kondisi
Sosial Masyarakat
Kondisi Sosial Kerajaan Cirebon
Perkembangan Cirebon tidak lepas dari pelabuhan, karena pada mulanya Cirebon
memang sebuah bandar pelabuhan. Maka dari sini tidak mengherankan juga kondisi
sosial di Kerajaan Cirebon juga terdiri dari beberapa golongan. Diantara
golongan yang ada antara lain, golongan raja beserta keluargana, golongan
elite, golongan non elite, dan golongan budak (Sartono Kartodirdjo, 1975:17).
a. Golongan
Raja Para raja/ Sultan
Golongan Raja Para raja/Sultan yang
tinggal di kraton melaksanakan ataupun mengatur pemerintahan dan kekuasaannya.
Pada mulanya gelar raja pada awal perkembangan Islam masih digunakan, tetapi
kemudian diganti dengan gelar Sultan akibat adanya pengaruh Islam. Kecuali
gelar Sultan terdapat juga gelar lain seperti Adipati, Senapati, Susuhunan, dan
Panembahan (Kosoh dkk, 1979:96). Raja atau Sultan sebaai penguasa terinnggi
dalam pemerintahan memiliki hubungan erat dengan pejabat tinggi kerajaan
seperti senapati, menteri, mangkubumi, kadi, dan lain sebagainya. Pertemuan
antara raja dengan pejabat ataupun langsung dengan rakyat tidak dilakukan
setiap hari. Kehadiran raja di muka umum kecuali pada waktu audiensi/pertemuan
juga pada waktu acara penobatan mahkota, pernikahan raja, dan putra raja
(Sartono Kartodirdjo, 1975:17).
b. Golongan
Elite
Golongan Elite Golongan ini merupakan
golongan yang mempunyai kedudukan di lapisan atas yang terdiri dari golongan
para bangsawan/priyayi, tentara, ulama, dan pedagang. Diantara para bangsawan
dan pengusa tersebut, patih dan syahbandar memiliki kedudukan kedudukan
penting. Di Cirebon, pernah ada orang-orang asing yang dijadikan syahbandar dan
mereka memempati golongan elite. Hal ini dipertimbangkan atas suatu dasar bahwa
mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang perdagangan dan
hubungan internasional. Golongan keagamaan yang terdiri dari ulama juga
memiliki memiliki kedudukan yang tinggi, mereka umumnya berperan sebagai
penasehat raja (Kosoh dkk, 1979:99).
c. Golongan
Non Elite
Golongan Non Elite Golongan ini
merupakan merupakan lapisan masyarakat yang besar jumlahnya dan terdiri dari
masyarakat kecil yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang, nelayan,
dan tentara bawahan dan lapisan masyarakat kecil lainnya. Petani dan pedagang
merupakan tulang punggung perekonomian, dan mereka mempunyai peranan
sendiri-sendiri dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan (Kosoh dkk,
1979:99).
d. Golongan
Budak
Golongan Budak Golongan ini terdiri dari
orang-orang yang bekerja keras, menjual tenagai sampai melakukan pekerjaan yang
kasar. Adanya golonga buak tersebut disebabkan karena seseorang yang tidak bias
membayar utang, akibat kalah perang. Golongan budak menempati status sosial
paling rendah, namun mereka juga diperlukan oleh golongan raja maupun bangsawan
untuk melayani keperluan mereka. Mereka dipekerjakan dalam membantu
keperluannya dengan menggunakan fisik yang kuat. Mereka harus taat pula dengan
peraturan yang dibuat oleh majikannya. Namun bagi mereka yang nasibnya baik dan
bisa membuat majikan berkenan maka mereka bisa diangkat sebagai tukang kayu,
juru masak dan lain sebagainya (Kosoh dkk, 1979:100).
3.
Kondisi
Budaya
Kondisi Budaya Kerajaan Cirebon Agama
Islam mengajarkan agar para pemeluknya agar melakukan kegiatan-kegiatan
ritualistik. Yang dimaksud kegiatan ritualistik adalah meliputi berbagai bentuk
ibadah seagaimana yang tersimpun dari rukun Islam. Bagi orang Jawa, hidup ini
penuh dengan riyual/upacara. Secara luwes Islam memberikan warna baru dalam
upacara yang biasanya disebut kenduren atau selamatan (Darori, 1987:130-131).
Membahas masalah budaya, maka tak lepas
pula dengan seni, Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya dan kesenian
yang hingga sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus dlakukan oleh
masyarakatnya. Salah satunya adalah upacara tradisional Maulid Nabi Muhammad
SAW yang tela ada sejak pemerintahan Pangeran Cakrabuana, dan juga Upacara Pajang
Jimat dan lain sebagainya, antara lain :
a. Upacara
Maulid Nabi
Upacara Maulid Nabi Upacara Maulid Nabi
dilakukan setelah beliau wafat,± 700 tahun setelah beliau wafat (P.S.
Sulendraningrat, 1978:85) upacara ini dilakukan sebagai rasa hormat dan sebagai
peringatan hari kelahiran kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Secara
istilah, kata maulud berasal dari bahasa Arab “Maulid” yang memiliki sebuah
arti kelahiran. Upacara Maulid Nabi di Cirebon telah dilakkan sejak abad ke 15,
sejak pemerintahan Sunan Gunung Jati upacara ini dilakukan dengan
besar-besaran. Berbeda dengan masa pemerintahan Pangeran Cakrabuana yang hanya
dilakukan dengan cara sederhana. Upacara Maulid Nabi di kraton Cirebon diadakan
setiap tahun hingga sekarang yang oleh masyarakat Cirebon bisebut sebagai upacara
“IRING-IRINGAN PANJANG JIMAT” (P.S. Sulendraningrat, 1978:86).
b. Upacara
Pajang Jimat
Upacara Pajang Jimat Salah satu upacara
yang dilakukan di Kerajaan Cirebon adalah Upacara Pajang Jimat. Pajang Jimat
memiliki beberapa pengertian, Pajang yang berarti terus menerus diadakan, yakni
setiap tahun, dan Jimat yang berarti, dipuja-puja (dipundi-pundi/dipusti-pusti)
di dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (P.S. Sulendraningrat,
1978:87). Pajang Jimat merupakn sebuah piring besar (berbentuk elips) yang
terbuat dari kuningan. Bagi Cirebon Pajang Jimat memiliki sejarah khusus, yakni
benda pusaka Kraton Cirebon, yang merupakan pemberian Hyang Bango kepada
Pangeran Cakrabuana ketika mencari agama Nabi (Islam). Upacara Pajang Jimat
pada Kraton Cirebon dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, setelah Isya’,
upacara penurunan Pajang Jimat dilakukan oleh petugas dan ahli agama di
lingkungan kraton. Turunnya Pajang Jimat dimulai dari ruang Kaputren naik ke
Prabayaksa dam selanjutnya diterima oleh petugas khusus yang telah diatur.
c. Seni
Bangunan dan Seni Ukir
Seni Bangunan dan Seni Ukir Seni
bangunan dan seni ukir yang berkembang di kerajaan Cirebon tak lepas dari
perkembngan seni pada zaman sebelumnya. Ukiran-ukiran yang ada pada kraton
banyak menunjukkan pola zaman sebelumnya. Ukiran yang menunjukkan sifat khas
pada Cirebon adalah ukiran pola awan yang digambarkan pada batu karang.
Penggunaan seni bangunan masjid tampak asli pada penggunaan lengkungan pada
ambang-ambang pintu masjid. Demikian pula dengan makam-makam yang strukturnya
mengikuti zaman sebelumnya. Yakni berbentuk bertingkat dan ditempatkan di atas
bukit-bukit menyerupai meru (Kosoh dkk, 1979:100).
d. Kasusasteraan
Seni
Kasusasteraan Diantara seni bangunan dan seni tari, terdapat juga seni
kasusasteraan yang berkembang. Diantarnya adalah seni tari, seni suara, dan
drama yang mengandung unsur-unsur Islam. Seni kasusasteran yang berkembang ini
juga tak lepas dari zaman sebelumnya. Misalnya saja seni tari, yang diantaranya
yang berkembang adalah seni ogel namun mengandung unsur-unsur Islam (Kosoh dkk,
1979:100).
4.
Kondisi
Ekonomi
Sebagai sebuah kesultanan yang
terletak diwilayah pesisir pulau Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya
pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak Bandar-bandar dagang yang
berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon. Juga memiliki
fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan. Dari artikel yang ditulis oleh
Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku kumpulan artikel oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan sebuah artikel yang
berjudul “Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, dalam artikelnya terbagi
menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam, Bandar Cirebon masa
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan islam, dan masa pengaruh kolonial.
Pada masa pra-islam Cirebon masih dalam
kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Pada masa ini pula terdapat Bandar dagang
yang berada di Dukuh Pasambangan dengan bandar Muhara Jati. Kapal-kapal yang
berlabuh di bandar Muhara Jati antara lain berasal dari Cina, Arab, Tumasik,
Paseh, Jawa Timur, Madura, dan Palembang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1997:56).
Dikatakan bahwa sebelum Tome Pires
(1513) Cirebon masih berkeyakinan Hindu-Buddha. Pada saat ini Ciebon masih
dibawah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Menurut cerita tradisi Cirebon
mulai memeluk agama islam sekitar tahun 1337 M yang dibawa oleh Haji Purba.
Pada abad 14 M perdagangan dan pelayaran sudah banyak dilakukan oleh orang
muslim.
Dari cerita Purwaka Caruban Nagari
diperoleh informasi bahwa terjadi perpindahan Bandar perdagangan. Bandar dagang
yang dahulunya terlertak pada Bandar Muhara Jati di dukuh Pasambangan dipindah
kearah selatan yaitu ke Caruban. Alasan mengapa Bandar dagang dipindahkan,
menurut cerita Bandar dagang di Muhara jati mulai berkurang keramaiaannya.
Caruban sendiri dibangun o0leh Walangsungsangatau Ki Samadullah atau Cakrabumi
sebagai kuwu dan seterusnya. Sejak Syarif Hidayatullah, Bandar-bandar di
Cirebon makin ramai dan makin baik untuk berhubungan dengan Parsi-Mesir, Arab,
Cina, Campa, dan lainnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:56).
Dengan kedatangan Belanda keadaan
ekonomi di Cirebon dikuasai penuh oleh VOC. Dengan diadakannya perjanjian
antara Belanda dengan Cirebon 30 April 1981, Cirebon selalu akan memelihara
kepercayaan terhadap Belanda. Akan tetapi, seluruh komoditi perdagangan di
Cirebon, dikuasai Belanda, hal ini hanya akan menguntungkan pihak Belanda dan
merugikan Cirebon. Belanda menerapkan monopoli perdagangan dan pertanian, salah
satu contohnya yaitu kebijakan menanam 10 pohon kopi tiap kepala keluarga di
Priangan Timur.
Dari gambaran diatas kita kenali bahwa
pihak kesultanan sendiri dalam menjalankan perekonomian terutama terhadap
komoditi-komoditi ekspor kurang, peranannya lebih banyak ditangan Belanda. Hal
itu semuanya jelas dampak negative pengaruh kolonialisme Belanda sejak
perjanjian tahun 1981 dan seterusnya. Dengan perjanjian-perjanjian tersebut
Belanda sejak Kompeni menginginkan penguasaan atas daerah subur produksi kopi
dan lainnya dapat terlaksana, disamping rasa ketakutannya terhadap penguasaan
daerah Priangan Timur itu dikuasai oleh Banten dan juga Mataram (Departemen
Pendiidikan dan Kebudayaan, 1997:67).
Dapat dilihat pula keadaan perekonomian
dari sumber lainnya. Selain perdagangan dan pelayaran. Perekonomian Cirebon
juga ditunjang oleh kegiatan masyarakatnya yang menjadi nelayan. Cirebon juga
dikenal sebagai kota udang, artinya Cirebon juga memiliki satu komoditi dagang
utama yaitu terasi, petis dan juga garam.
Dalam kehidupan ekonomi juga masih ada
peran dari orang asing. Orang asing tersebut menjadi syahbandar atau yang
mengantur tentang ekspor impor perdagangan. Cirebon yang menjadi syahbandarnya
yaitu orang-orang Belanda. Alasan mengapa syahbandar diambil dari orang-orang
asing, karena orang-orang asing dianggap lebih mengetahui tentang cara-cara
perdagangan. Di kota Cirebon juga terdapat pasa tertua yaitu pasar yang
terletak di timur laut alun-alun kraton Kasepuhan dan lainnya di sebelah utara
alun-alun kanoman.
5.
Kondisi
Politik
Perkembangan politik yang terjadi pada
Cirebon berawal dari hubungan politiknya dengan Demak. Hal inilah yang
menyebabkan perkembangan Cirebon. Dikatakan oleh Tome Pires yang menjadi Dipati
Cirebon adalah seorang yang berasal dari Gresik. Kosoh, dkk (1979:94) Babad
Cirebon menceritakan tentang adanya kekuasaan kekuasaan Cakrabuana atau Haji
Abdullah yang menyebarkan agama islam di kota tersebut sehingga upeti
berupa terasi ke pusat Pajajaran lambat laun dihentikan. Selain hubungannya
dengan Demak, kehidupan politik pada kala itu juga dipengaruhi oleh beberapa
konflik. Konflik yang terjadi ada konflik internal dan menjadi vassal
VOC. Pertama yang terjadi, dimulai dari keputusan Syarif
Hidayatullah yang resmi melepaskan diri dari kerajaan Sunda tahun 1482. Syarif
Hidayatullah wafat pada tahun 1570, dan kepemimpinannya digantikan oleh anaknya
yaitu Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa kepemerintahannya,
Panembahan Ratu menyaksikan berdirinya karajaan Mataram dan datangnya VOC di
Batavia.
Panembahan Ratu cenderung berperan
sebagai ulama dari pada sebagai raja. Sementara di bidang politik, Panembahan
Ratu menjaga hubungan baik dengan Banten dan Mataram .Setelah wafat pada tahun
1650, dalam usia 102 tahun, Panembahan Ratu digantikan oleh cucunya, yaitu
Pangeran Karim yang dikenal dengan nama Panembahan Girilaya atau Panembahan
Ratu II karena anaknya Pangeran Seda Ing Gayam telah wafat terlebih dahulu.
Ketika terjadi pemberontakan Trunojoyo,
Panembahan Senapati dijemput oleh utusan dari kesultanan Banten ke Kediri.
Dalam perjalanan kondisi Senapati yang sakit-sakitan menyebabkan dia meninggal
dunia dan akhirnya dimakamkan di bukit Giriliya. Sedangkan kedua anaknya dibawa
ke Banten, yaitu: Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya. Namun,
kemudian mereka dikembalikan ke Cirebon, disana mereka membagi tiga kekuasaan.
Ketiga penguasa Cirebon ini berusaha
untuk menjadikan diri sebagai penguasa tunggal. Sultan Sepuh merasa bahwa ia
yang berhak atas kekuasaan tunggal karena ia anak tertua. Sementara Sultan
Anom, juga berkeinginan yang sama sehingga ia mencoba mencari dukungan kepada
Sultan Banten. Di lain pihak, Pangeran Wangsakerta , yang menjadi pengurus
kerajaan saat kedua kakaknya dibawa ke Mataram, merasa berhak juga menjadi
penguasa tunggal. Sultan Sepuh mencoba mendapat dukungan VOC dengan menawarkan
diri menjadi vassal VOC. VOC sendiri tidak pernah mengakui gelar sultan
pemberian Sultan Banten dan selalu menyebut mereka panembahan.
Dengan surat perjanjian tanggal 7
Januari 1681, Cirebon resmi menjadi vassal VOC. Jadilah, urusan perdagangan
diserahkan kepada VOC, berbagai keputusan terkait Cirebon (termasuk pergantian
sultan, penentuan jumlah prajurit) harus sepersetujuan VOC di Batavia, ketika
para Sultan akan bepergian harus atas ijin VOC dan naik kapal mereka, dalam
berbagai yupacara, pejabat VOC harus duduk sejajar dengan para Sultan (Nina:
online). Setelah kedatangan Belanda ke Cirebon membuat banyak perubahan,
khususnya di bidang politik. Pada tahun 1696, Sultan Anom II atas kehendak VOC
menjadi Sultan. Pada Tahun 1768 kesultanan Cirebon dibuang ke Maluku.
Situasi politik Cirebon yang sudah
terkotak-kotak itu, memang tidak bisa dihindarkan. Namun ada hal yang menarik,
bahwa seorang keturunan Sunan Gunung Jati, yaitu Pangeran Aria Cirebon, tampak
berusaha langsung atau tidak langsung untuk menunjukkan soliditas Cirebon,
sebagai suatu dinasti yang lahir dari seorang Pandita Ratu. Pertama, ketika ia
diangkat sebagai opzigther dan Bupati VOC untuk Wilayah Priangan dan kedua , ia
menulis naskah Carita Purwaka Caruban Nagari
クイーンカジノ クイーンカジノ 1xbet 1xbet starvegad starvegad クイーンカジノ クイーンカジノ 제왕카지노 제왕카지노 dafabet link dafabet link 12bet 12bet m88 m88 betway login betway login 804
BalasHapus