Kamis, 28 Agustus 2014

Kondisi Pemerintahan, Sosial-Budaya, dan Perekonomian Pada Masa Kerajaan Islam




 







      Perhatikan Peta Letak Kerajaan Islam di Nusantara berikut ini !!



Tahukah kamu kapan dan bagaimana proses Islamisasi di tanah Jawa? Islam masuk ke Jawa melalui pesisir utara Pulau Jawa. Bukti sejarah tentang awal mula kedatangan Islam di Jawa antara lain ialah makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat tahun 475 H atau 1082 M di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 . Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit. Berdasarkan informasi ini, tentu kamu dapat mengambil kesimpulan bahwa Islam itu sudah lama masuk ke Pulau Jawa, jauh sebelum bangsa Barat menjejakkan kaki di pulau ini. Untuk lebih jelasnya marilah kita paparkan sekelumit kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa.

1.    Kondisi Sistem Pemerintahan Kerajaan Islam di Jawa
Pada dasarnya peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang sifatnya berkelanjutan (continuity), maksudnya adalah peristiwa yang terjadi pada saat ini tidak bisa terlepas dari peristiwa lalu dan merupakan kelanjutan dari cara-cara lama. Hal ini bisa kita lihat juga pada perkembangan Kerajaan Islam yang ada di Indonesia. Mengapa demikian, karena pada dasarnya beberapa kondisi/sistem yang ada pada masa kerajaan Islam, juga merupakan kelanjutan dari sistem yang ada pada masa kerajaan sebelumnya, yakni kerajaan Hindu-Budha.
Pada zaman Hindu-Budha pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap sebagai titisan dewa. Demikian juga pada zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnnya harus dituruti. Islam sendiri masuk ke Pulau Jawa sudah jauh sebelum kerajaan Islam, dalam hal ini Demak sebagai kerajaan pertama Islam di Jawa berdiri. Seiring dengan perkembangan Islam yang begitu pesat, mulai munculah kerajaan-kerajaan Islam yang lain seperti Pajang, Mataram, Cirebon, Banten yang pada umumnya tidak begitu lama umur kejayaannya. Salah satu faktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Nusantara dan Jawa khususnya adalah perang saudara dan seiring dengan masuknya Bangsa Barat seperti Portugis dan Belanda yang ikut campur dalam perpolitikan di dalam kerajaan untuk mengambil keuntungan dari hal itu. Beberapa kerajaan besar di Jawa yang cukup besar membawa pengaruh bagi kehidupan masa itu dan masa kini antara lain:
a.      Kerajaan Demak (1500 – 1550)
Raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahanya dibangun Masjid Agung Demak yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan. Pengganti Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-1521. Masa pemerintahan Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka.
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak dan nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Arya Panangsang adalah bupati Demak yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto dan Pangeran Hadiri. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan Demak ke daerah Pajang.

b.      Kerajaan Banten
Raja pertama (pendiri) Kerajaan Banten adalah Hasanuddin. Pada masa pemerintahanya penyiaran agama islam dan perdagangan di Banten berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura.
Pengganti Raja Hasanuddin adalah Panembahan Yusuf (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha memperluas wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam. Dia menyerang Pajajaran yang merupakan Benteng terakhir Kerajaan Hindu di Pulau Jawa. Dengan demikian, terbuka kesempatan bagi Banten untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat.
Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Palembang pada masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang akan dijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat Malaka. Palembang tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas dalam pertempuran tersebut. Pengganti Maulana Muhammad adalah Abu Mufakir. Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Banten mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik antara Banten dan Batavia. Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa tersebut tidak diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung berkompromi dengan VOC. Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Dalam perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng Tistayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.

c.       Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
·      Raja pertama dan pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Setelah Sutawijaya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Mataram, selanjutnya Sutawijaya bergelar panembahan Senopati ing Sayidin Alogo Panatagama artinya kepala bala tentara dan pengatur agama. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang.
·      Pada masa pemerintahan Mas Jolang wilayah Mataram diperluas dengan mengadakan pendudukan terhadap daerah di sekitarnya. Pada tahun 1612, Mas Jolang berhasil menguasai Gresik, Mas Jolang wafat di desa Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak.
·      Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Tujuan pemerintahan Sultan Agung adalah mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia, sehingga di bawah pemerintahannya Belanda sulit menembus daerah Mataram. Serangan Mataram untuk mengusir penjajah terjadi 2 kali yaitu pada 1628 dan 1629.
·      Belanda dapat masuk wilayah Mataram pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I. Beliau bekerja sama dengan pihak Belanda. Hal tersebut membuat ketidaksenangan rakyat Mataram sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Namun semua dipadamkan karena Sunan Amangkurat I dibantu oleh Belanda.
·      Wilayah kekuasaan Mataram menjadi semakin sempit pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah kekuasaanya diambil oleh belanda. Amangkurat II mendirikan ibu kota baru di daerah Wonokerto yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura. Di daerah Kartasura Amangkurat II menjalankan pemerintahan di atas sisa-sisa Kerajaan Mataram. Setelah Sunan Amangkurat II wafat,wilayah Mataram terbagi menjadi dua melalui perjanjian Giyanti. Isi perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Daerah Kasultana Jogjakarta yang diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasunanan Surakarta, yang diperintah Susuhunan Paku Buwono I.
Mataram mengembangkan birokrasi dan struktur pemerintahan yang teratur. Seluruh wilayah kekuasaan Mataram diatur dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.
1. Kutagara
Kutagara atau kutanegara, yaitu daerah keraton dan sekitarnya.
2. Negara agung
Negara agung atau negari agung, yaitu daerah-daerah yang ada di sekitar kutagara. Misalnya, daerah Kedu, Magelang, Pajang, dan Sukawati.
3. Mancanegara
Mancanegara yaitu daerah di luar negara agung. Daerah ini meliputi mancanegara wetan (timur), misalnya daerah Ponorogo dan sekitarnya, serta mancanegara won (barat), misalnya daerah Banyumas dan sekitarnya.
4. Pesisiran
Pesisiran yaitu daerah yang ada di pesisir. Daerah ini juga terdapat daerah pesisir kulon (barat), yakni Demak terus ke barat, dan pesisir wetan (timur), yakni Jepara terus ke timur. Mataram berkembang menjadi kerajaan agraris. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah-daerah persawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de Han, Jan Vos dan Pieter Franssen bahwa Jawa bagian tengah adalah daerah pertanian yang subur dengan hasil utamanya adalah beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadi lumbung padi. Hasil-hasil yang lain adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil palawija.






Double Brace:


Oval: DISKUSIKAN

,Flowchart: Display: DISKUSIKAN
 





















2.    Kondisi Sosial – Budaya Kerajaan Islam di Jawa
a.    Kerajaan Demak
Kehidupan Sosial masyarakat Demak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa Kerajaan Majapahit. Pada masa kekuasaan kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakatnya diatur sesuai ajaran islam. Namun, masih ada masyarakat yang menjalankan tradisi lama. Dengan demikian muncullah kehidupan sosial masyarakat yang merupakan perpaduan antara agama Islam dengan tradisi Hindu-Buddha.
Kehidupan budaya masyarakat Demak dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Demak. Budaya Islam yang baru masuk ke Indonesia berpadu sempurna dengan budaya asli masyarakat setempat. Masjid Agung Demak adalah karya besar para wali yang menggunakan gaya asli Indonesia yaitu atapnya bertingkat tiga dan memiliki pendapa. Di kompleks masjid pada bagian belakang terdapat makam. Di tempat itu dimakamkan raja-raja Demak dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.    
Flowchart: Process:  		 
Masjid Agung Demak				Masjid Menara Kudus
 










b.   Kerajaan Banten
Kehidupan masyarakat Banten yang berkecimpung dalam dunia pelayaran, perdagangan dan pertanian mengakibatkan masyarakat Banten berjiwa bebas, bersifat terbuka karena bergaul dengan pedagang-pedagang lain dari berbagai bangsa. Para pedagang lain tersebut banyak yang menetap dan mendirikan perkampungan di Banten, seperti perkampungan Keling, perkampungan Pekojan (Arab), perkampungan Pecinan (Cina) dan sebagainya. Di samping perkampungan seperti tersebut di atas, ada perkampungan yang dibentuk berdasarkan pekerjaan seperti Kampung Pande (para pandai besi), Kampung Panjunan (pembuat pecah belah) dan kampung Kauman (para ulama).
Salah satu tinggalan kerajaan Banten yang masih kokoh hingga saat ini adalah Masjid Agung Bnaten. Arsitek Masjid Agung Banten tersebut adalah Jan Lucas Cardeel, seorang pelarian Belanda yang beragama Islam. Kepandaiannya dalam bidang bangunan dimanfaatkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk mendirikan bangunan-bangunan gaya Belanda (Eropa) seperti benteng kota Inten, pesanggrahan Tirtayasa dan bangunan Madrasah.
                                              Masjid Banten
 










c.       Kerajaan Mataram
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Di Mataram dikenal beberapa kelompok dalam masyarakat. Ada golongan raja dan keturunannya, para bangsawan dan rakyat sebagai kawula kerajaan. Kehidupan masyarakat bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanah beserta seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai panatagama, yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangat hormat dan patuh, serta hidup mengabdi pada sultan.
Bidang kebudayaan juga maju pesat. Seni bangunan, ukir, lukis, dan patung mengalami perkembangan. Kreasikreasi para seniman, misalnya terlihat pada pembuatan gapura-gapura, serta ukir-ukiran di istana dan tempat ibadah. Seni tari yang terkenal adalah Tari Bedoyo Ketawang. Dalam prakteknya, Sultan Agung memadukan unsur-unsur budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa. Sebagai contoh, di Mataram diselenggarakan perayaan sekaten untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, dengan membunyikan gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu. Kemudian juga diadakan upacara grebeg. Grebeg diadakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu setiap tanggal 10 Dzulliijah (Idul Adha), 1 Syawal (Idul Fitri), dan tanggal 12 Rabiulawal (Maulid Nabi). Bentuk dan kegiatan upacara grebeg adalah mengarak gunungan dari keraton ke depan masjid agung. Gunungan biasanya dibuat dari berbagai makanan, kue, dan hasil bumi yang dibentuk menyerupai gunung. Upacara grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai pembuktian kesetiaan para bupati dan punggawa kerajaan kepada rajanya.
Sultan Agung juga berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.






                                                        Kompleks makam pendiri Mataram Islam di Kotagede

Masjid Kota Gede                                       

Oval: Bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan masa kini??,Hexagon: DISKUSIKAN 













3.    Kondisi Perekonomian Kerajaan Islam di Jawa
a.    Demak
Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak berkembang pada sektor perdagangan dan pertanian dengan lebih menitik beratkan pada sektor perdagangan karena letak Kerajaan Demak yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara pengahasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan Malaka sebagai pasar di indonesia bagian barat. Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

b.   Banten
Kerajaan Banten yang letaknya di ujung barat Pulau Jawa dan di tepi Selat Sunda merupakan daerah yang strategis karena merupakan jalur lalu-lintas pelayaran dan perdagangan khususnya setelah Malaka jatuh tahun 1511, menjadikan Banten sebagai pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai bangsa. Pelabuhan Banten juga cukup aman, sebab terletak di sebuah teluk yang terlindungi oleh Pulau Panjang, dan di samping itu Banten juga merupakan daerah penghasil bahan ekspor seperti lada.
Selain perdagangan kerajaan Banten juga meningkatkan kegiatan pertanian, dengan memperluas areal sawah dan ladang serta membangun bendungan dan irigasi. Kemudian membangun terusan untuk memperlancar arus pengiriman barang dari pedalaman ke pelabuhan. Dengan demikian kehidupan ekonomi kerajaan Banten terus berkembang baik yang berada di pesisir maupun di pedalaman.
Banten berkembang sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Jawa bagian barat dan sekitarnya. Ada beberapa faktor yang mendukung perkembangan Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan pada masa itu, antara lain:
·      Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhan memiliki syarat sebagai pelabuhan yang baik untuk pelayaran dan perdagangan.
·      Kedudukan Banten yang sangat strategis yaitu di tepi selat Sunda. Aktivitas pelayaran dan perdagangan yang melalui selat Sunda semakin bertambah ramai setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis.
·      Banten memiliki bahan ekspor penting seperti lada, yang dapat menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi para pedagang.
·      Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan para pedagang Islam mencari jalan baru dengan menyusuri pantai barat Sumatra dan masuk ke Selat Sunda.
Faktor-faktor itulah yang menyebabkan Bandar Banten menjadi maju dengan pesat dan banyak dikunjungi pedagang dari Indonesia dan para pedagang asing. Mereka datang dari Gujarat, Persia, Arab, Turki, Cina, Portugis, dan pedagang dari bangsa lain.

c.    Mataram
-       Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
-       Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian, ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.


Oval Callout: Bagaimana pengaruhnya pada kehidupan masa kini???
 














 

































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar